Minggu, 14 Juli 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA - KOLESTEROL

PERCOBAAN V
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Judul               : KOLESTEROL
Tujuan             : 1.  Mengamati reaksi oksidasi kolesterol
                     2.  Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan    secara kualitatif dan bentuk kristal kolesterol
Hari/Tanggal   : Kamis / 11 April 2013
Tempat            : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 

I.              DASAR TEORI

            Lipid merupakan senyawa yang tersusun oleh rantai hidrokarbon yang panjang sehingga tidak larut dalam air. Secara umum dibagi menjadi golongan lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid sederhana adalah senyawa yang tidak mempunyai gugus ester dan tidak dapat dihidrolisis, meliputi steroid. Glolongan lipid kompleks tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat dihidrolisis, meliputi minyak, lemak dan lilin.
Lemak atau minyak nabati atau hewan merupakan contoh dari gliserol dan lemak jenuh atau minyak yang dapat dihidrolisis oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang sehari-hari kita kenal sebagai sabun. Reaksi hidrolisis ini disebut penyabunan. Ester dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam karbosilat dengan alkohol yang dapat dikatalisis oleh asam mineral, misalnya asam sulfat atau asam klorida. Reaksi yang terjadi merupakan suatu keseimbangan. Apabila digunakan asam dalam jumlah yang sama, pada keadaan seimbang akan diperoleh 67 % ester. Hasil ini ditingkat dengan menggunakan pereaksi berlebihan atau dengan mengeluarkan air dari campuran.
Lemak netral tergolong senyawa-senyawa majemuk dan ikatannya menyerupai ester. Asamnya terdiri atas asam-asam monokarbosilat yang tidak bercabang, yaitu asam lemak sedangkan komponen alkoholnya gliserin merupakan suatu alkohol. Banyaknya asam karbosilat yang diikatkan pada gliserin menghasilkan mono dan trigiserida.
Gliserol merupakan suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh dengan jalan penguapan hati-hati kemudian dimurnikan dengan destilasi pada tekanan rendah.
Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis.
            Steroid merupakan lipid yang banyak dialam. Pada umumnya senyawa ini ditemukan dalam bentuk sterol bebas, sterol berikatan dengan glikosida atau sterol yang berbentuk ester. Dari kelompok sterol, kolesterol merupakan salah satu yang paling melimpah. Kolesterol adalah salah satu jenis lemak yang di buat di hati dan ditemukan pada makanan hewani.
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam. Dari rumus kolesterol dapat dilihat bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada atom nomor 3 mempunyai posisi beta oleh karena dihubungkan dengan garis penuh.
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol (bahasa Inggris: waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon. Berikut struktur dari kolesterol :




Gambar 1.Struktur dasar dari kolesterol


Kolesterol diperlukan oleh fungsi tubuh yang penting seperti :
(a) Membangun dinding sel
(b) Melindungai jaringan saraf
(c) Membuat hormon
(d)Ada dua tipe kolesterol.
(e) Yang baik.  (HDL atau High Density Lipid)
(f)  Yang jahat dan jelek (LDL or Low Density Lipid.)
Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena dan alkohol panas. Apabila terdapat dalam konsetrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dan mempunyai titik lebur 150-151oC.
Hanya kolestrol yang termasuk kategori LDL (Low Density Lipoprotein) saja yang berakibat buruk sedangkan jenis kolestrol HDL (High Density Lipoprotein) merupakan kolestrol yang dapat melarutkan kolestrol jahat dalam tubuh. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 160-200 mg. Kadar kolesterol yang tinggi dapat diturunkan dengan simvastatin.
Endapan kolesterol apabila terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal ini mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas atau kelenturan pembuluh darah. Dengan penyempitan pembuluh darah dan berkurangnya kelenturan pembuluh darah, maka aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan ini jantung harus memompa darah lebih keras. Hal ini berarti jantung harus bekerja lebih keras daripada biasanya.
Adanya kolesterol dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna. Salah satu diantaranya adalah reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan larutan ini dituangkan di atas larutan asam sulfat pekat dengan hati-hati maka bagian asam berwarna kekuningan dengan flouresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroform akan berwarna biru dan yang berubah menjadi merah dan ungu. Larutan kolesterol dalam kloroform bila ditambahan anhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat, maka larutan tersebut mula-mula akan berwarna merah, kemudian biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard. Warna hijau yang terjadi ini ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol. Karenanya reaksi Lieberman Burchard dapat digunakan untuk menentukan kolesterol secara kuantitatif. Dalam darah manusia normal terdapat antara 150-200 miligram tiap 100 mL darah.

II.           ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan adalah :
1)   Tabung reaksi                6 buah
2)   Rak tabung reaksi          1 buah
3)   Pipet tetes                      1 buah
4)   Gelas kimia 50 mL        3 buah
5)   Pengangas air                 1 buah
6)   Gelas ukur 10 mL          2 buah
7)   Batang pengaduk          1 buah
8)   Spatula                           1 buah
9)   Penjepit                          2 buah
10)    Mikroskop                   1 buah

Bahan-bahan yang digunakan adalah :
1)        Kloroform
2)        Kolesterol 0,5%
3)        Gliserol
4)        Etanol
5)        Putih telur ayam
6)        Putih telur itik
7)        Kuning telur ayam
8)        Kuning telur itik
9)        Reagen benedict
10)    NaOH
11)    CuSO4
12)    Asam asetat
13)    Anhidrat asetat

III.        PROSEDUR KERJA

3.1    Oksidasi Gliserol dan Klaesterol
1)   Menambahkan 2 mL reagen Benedict ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 2 mL gliserol, gliserida dan kolesterol. Mencampurkan dengan baik.
2)   Memanaskan ketiga tabung tersebut dalam penangas air dan mencatat perubahan yang terjadi.
3)   Mengganti reagen Benedict pada percobaan di atas dengan campuran 1 mL Tembaga (II) sulfat dan 0,5 mL NaOH. Mencatat perubahan  yang terjadi
3.2    Uji Kolesterol Sampel
1)   Memasukkan 1 mL sampel kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
2)   Menambahkan 2 mL kloroform dan 10 tetes asetat anhidrat ke dalam tabung reaksi.
3)   Menambahkan dengan hati-hati kira-kira 3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung, mengocok dengan hati-hati dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
4)   Bila muncul warana merah, hijau, dan biru menandakan adanya kolesterol. Untuk sampel telur digunakan bagian putih dan kuning telurnya.

3.3    Uji Larutan Kolesterol Sebagai Pembanding
1)   Meneteskan 5 tetes kolesterol 0,5 % ke dalam tabung reaksi.  Menambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan 3 tetes anhidrat asetat. Memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
2)   Melarutkan serbuk kolesterol dalam kloroform lalu menambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan anhidrida asetat, mengocoknya. Memeperhatikan perubahan warna yang terjadi.
3.4    Bentuk Kristal Kolesterol
Melarutkan sedikit kristal kolesterol dengan 2 mL etanol panas pada kaja objek. Mendinginkan dan mengamati kristal kolesterol dengan mikroskop. Menggambar bentuk kristalnya

IV.        HASIL PENGAMATAN

Percobaan
Hasil pengamatan
Oksidasi Gliserol dan kolesterol
-          2 mL reagen Benedict + 2 mL gliserol
-          Memanaskan.

-          2 mL reagen Benedict + 2 mL Kloesterol.


-          Memanaskan.


-          2 mL gliserol + 1 mL CuSO4 + NaOH 0,5 mL
-          Memanaskan

-          2 mL kolesterol + 1 mL CuSO4 + NaOH 0,5 mL
-          Memanaskan


Identifikasi Kolesterol
-          Kuning telur ayam + 2 mL Kloroform + 10 tetes anhidrat asetat + 3 tetes H2SO4 pekat dan mengocoknya.


-          Putih telur ayam + 2 mL Kloroform + 10 tetes anhidrat asetat + 3 tetes H2SO4 pekat dan mengocoknya.

-          Kuning telur itik + 2 mL Kloroform + 10 tetes anhidrat asetat + 3 tetes H2SO4 pekat dan mengocoknya.

-          Putih telur itik + 2 mL Kloroform + 10 tetes anhidrat asetat + 3 tetes H2SO4 pekat dan mengocoknya


Kolesterol sebgai Pembanding
-          5 tetes 0,5 % + 1 tetes H2SO4 pekat + 3 tetes anhidrat asetat.

Bentuk Kristal Kolesterol
-          2 mL kolesterol + 2 mL etanol panas pada kaca objaek, mendinginkan dan mengamati Kristal kolesterol dengan mikroskop

Warna larutan biru muda

Larutan berwarna terang

Larutan terdapat dua alpisan bagian atas berwarna putih busa dan bwah berwarna biru
Terdapat dua lapisan bag.atas biru keruh, ba.bawah berwarna biru

Larutan berwarna biru bening

Larutan berwarna biru bening

Larutan terbentuk 2 lapisan. Lap.atas keruh, lap.bawah biru berendapan
Larutan berwarna biru keruh dan berendapan berwarna biru kehijauan.


Terbentuk 3 lapisan
Atas : Hijau
Tengah : Kuning
Bawah : Putih
Campuran terasa panas


Terbentuk 4 lapisan
Atas :kuning, Tengah 1:putih, Tengah 2:Bening , Bawah :Putih.

Terbentuk 2 lapisan. Atas : jingga kemerahan, bawah : jingga keruh. Campuran terasa panas

Terbentek 2 lapisan. Atas : putih, bawah : bening. Campuran terasa panas.



Larutan Keruh.




V.           ANALISIS DATA

5.1        Oksidasi Gliserol, kuning telur dan kolesterol.
Pada percobaan yang telah dilakukan, ada 2 jenis yang dipelajari sifat reaksi oksidasinya yaitu gliserol dan kolesterol.
Hal pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah menambahkan 2 mL reagen Benedict ke dalam senyawa lipid yang di uji. Penambahan reagen Benedict pada gliserol menghasilkan larutan berwarna muda sedangkan penambahan reagen Benedict pada kolesterol menghasilkan 2 lapisan yaitu lapisan atas biru keruh dan bawah berwarna biru. Kedua tabung kemudian dipanas di dalam gelas kimia yang berisi air di penangas air. Pemanasan campuran gliserol dengan reagen Benedict menghasilkan larutan yang tetap yaitu berwarna biru namun lebih bening dari sebelum pemanasan. Sedangkan pada Pemanasan campuran kolesterol dengan reagen Benedict membentuk 2 lapisan kembali, namun pada lapisan atas berubah menjadi berwana biru keruh dan lapisan bawah berwarna biru.
Gliserol dan kolesterol merupakan Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.
Adapun sifat fisika dari lipid adalah :
1.      Tidak larut dalam air tetapi larut dalam 1 atau lebih dari 1 pelarut organik misalnya eter, kloroform.
2.      Ada hubungan dengan asam lemak atau esternya.
3.      Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.

            Kolesterol merupakan salah satu lipid pembentuk membran sel. Dari hasil pembuktian kimia dan dari hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron serta dari hasil analisis persamaan dalam sifat-sifat lapisan ganda dari fosfolipid sintetik serta sifat-sifat membran alami. Bagian matriks atau bagian yang berkesinambungan dari struktur membran adalah lapisan ganda lipida polar. Lapisan ini bersifat fluida karena ekor hidrofobik dari kandungan lipid polarnya. Kolesterol merupakan penyusun lipid membran (25%) sehingga kolesterol juga bersifat fluida dari kolesterol adanya ekor. Hidrofobik menyebabkan adanya pergerakan akibat perbedaan kepolaran dengan larutan dan juga adanya peningkatan suhu.
            Lipid selain dapat mengalami hidrolisis juga dapat mengalami oksidasi. Oksidasi ini dimulai dengan pembentukkan radikal bebas karena adanya faktor yang mempercepat reaksi misalnya panas, cahaya, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam berat (seperti Fe, Co, Cu) serta logam pengering. Umumnya reaksi oksidasi lipid terjadi melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1.      Inisiasi.
Pada reaksi Inisiasi molekul dan asam lemak tidak jenuh melepaskan 1 atom H dengan adanya cahaya atau Oksigen dan membentuk radikal bebas.
2.      Propagasi.
Pada keadaan ini terbentuk radikal bebas peroksida dan hidroperoksida serta radikal baru.
3.      Terminasi.
Pada tingkat Terminasi ini hidroperoksida terurai menjadi senyawa karbonil asam, alcohol dan sebagainya.
Selain dengan reagen Benedict, gliserol, gliserida (kuning telur ayam ras) dan kolesterol juga dapat mengalami reaksi oksidasi dengan adanya penambahan campuran antara CuSO4 dengan NaOH serta dengan pemanasan. Adanya reaksi oksidasi ini ditandai dengan terbentuknya endapan dan larutan berwarna.
Dari percobaan penambahan gliserol dengan campuran antara CuSO dengan NaOH maka akan menghasilkan biru bening setelah dipanaskan maka larutan menjadi biru muda dan lebih bening. Sedangkan penambahan kolesterol dengan CuSO4 dan 0,5 mL NaOH maka terbentuk 2 lapisan yaitu pada bagian atas keruh dan pada bagian bawah berwarna biru berendapan. Setelah itu campuran dipanaskan maka lapisan atas berwarna biru keruh sedangkan pada bagian bawahnya menjadi biru kehijauan (dalam bentuk endapan). Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa percobaan ini ada sifat fluida dari kolesterol.

5.2        Identifikasi Kolesterol.
Pada uji kolesterol secara kualitatif, mengunakan sampel telur ayam dan telur itik serta larutan kolesterol 5% dalam kloroform yang digunakan sebagai pembanding. Percobaan identifikasi kolesterol ini bertujuan mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam bahan secara kualitatif dan bentuk kristal kolesterol yang di analisis secara teoritis. Adapun sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah putih telur ayam, putih telur itik, kuning telur ayam, kuning telur itik serta kolesterol 0,5% sebagai sampel pembanding.
Adanya kolesterol dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna. Salah satu di antaranya ialah reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, maka bagian asam berwarna kekuningan dengan fluoresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroform akan berwarna biru dan yang berubah menjadi menjadi merah dan ungu. Larutan kolesterol dalam kloroform bila ditambah anhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat, maka larutan tersebut mula-mula akan berwarna merah, kemudian biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard.

Kuning Telur Ayam
Percobaan pertama yaitu pada kuning telur ayam kemudian menambahkan 2 mL kloroform, 2 tetes Anhidrat Asetat dan 10 tetes H2SO4 kemudian mengocok campuran. Pada campuran ini terdapat 3 lapisan, pada bagian atas berwarna hijau, bagian tengah berwarna kuning dan bagian bawah berwarna putih. Campuran ini terasa panas saat tabung dipegang.

Putih Telur Ayam
Percobaan pertama yaitu pada putih telur ayam kemudian menambahkan 2 mL kloroform, 2 tetes Anhidrat Asetat dan 10 tetes H2SO4 kemudian mengocok campuran. Pada campuran ini terdapat 4 lapisan, pada bagian atas berwarna kuning, bagian tengah berwarna putih dan bening dan bagian bawah berwarna putih. Campuran ini terasa panas saat tabung dipegang.

Kuning Telur Itik
Percobaan pertama yaitu pada kuning telur itik kemudian menambahkan 2 mL kloroform, 2 tetes Anhidrat Asetat dan 10 tetes H2SO4 kemudian mengocok campuran. Pada campuran ini terdapat 2 lapisan, pada bagian atas berwarna jingga kemerahan (orange) dan bagian bawah berwarna jingga keruh. Campuran ini terasa panas saat tabung dipegang.

Putih Telur Itik
Percobaan pertama yaitu pada putih telur itik kemudian menambahkan 2 mL kloroform, 2 tetes Anhidrat Asetat dan 10 tetes H2SO4 kemudian mengocok campuran. Pada campuran ini terdapat 2 lapisan, pada bagian atas berwarna putih dan bagian bawah berwarna bening. Campuran ini terasa panas saat tabung dipegang.
Kolesterol Pembanding
Pada percobaan kelima ini yaitu sebagai kolesterol pembanding. 5 tetes kolestreol 0,5% + 1 tetes H2SO4  + Anhidrat Asetat kemudian mengocok campuran. Pada campuran ini warna yang dihasilkan adalah keruh, hal ini tidak sesuai dengan dengan literature. Seharusnya warna dari pembanding ini menunujuakan uji positif.

Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non polar. Sesuai dengan prinsip “like disolve like” maka senyawa non polar akan larut pada pelarut non polar.
Di dalam kloroform yang mengandung kolesterol ditambahkan asetat anhidrat. Alasan digunakannya asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil yang akan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk larutan berwarna. H2SO4 ini berfungsi untuk memutuskan ikatan ester pada lemak. Jika ada kolesterol akan terbentuk lapisan merah pada permukaan larutan dan H2SO4 berwarna  kuning. Percobaan lain menjelaskan bahwa adanya kandungan kolesterol terlihat jika warna tersebut dimulai dari merah, biru sampai warna hijau. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil tidak akan terbentuk. Karena itu jugalah digunakan kloroform yang merupakan senyawa non polar sehingga tidak mengandung air yang bersifat polar.
Adapun reaksi yang terjadi pada uji Lieberman Burchard ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Reaksi pada uji Lieberman Burchard

 
Gambar 3. Biosintesis Kolesterol
            Dari 4 sampel yang digunakan 3 sampel menunjukan uji positif dan 1 sampel menunjukkan uji negatif. Sampel putih telur iti menunjukan hasil negatif, padahal kolesterol adalah lemak yang dapat disintesis oleh hewan dan dalam hal ini termasuk itik. Berdasarkan hasil percobaan ternyata tidak terdapat warna yang menunjukkan adanya kolesterol. Namun hal ini belum tentu, karena kemungkinan rendahnya kadar kolesterol yang dimiliki putih telur itik membauatnya tidak nampak jelas pada percobaan serta kemungkinan terlalu sedikitnya sampel yang digunakan dalam uji ini.
            Sedangkan pada Kolesterol pembanding juga terjadi uji negatif. Hal ini terjadi karena sampel kolesterol 0,5% tersebut di dalam etanol dan bukan di dalam kloroform sehingga kolesterol tidak dapat larut dan tidak terjadi reaksi dengan pereaksi LB. seharusnya digunakan pelarut yang bersifat lebih non-polar seperti kloroform.
Jadi terbukti bahwa warna-warna yang terbentuk pada sampel setelah diuji dengan pereaksi LB  menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung kolesterol.
Kolesterol dapat berbentuk Kristal, pada percobaan 2 mL kolesterol + 2mL etanol panas pada kaca objek, kemudian mendinginkan dan mengamati Kristal kolesterol dangan mikroskrop.
Sedikit kristal kolesterol dicampurkan dengan etanol. Penambahan etanol ini tidak dapat melarutkan kirstal kolestetol karena perbedaan sifat kepolaran yakni etanol bersifat polar sedangkan kolesterol bersifat non polar, sehingga kristal kolesterol tidak dapat larut dalam etanol dingin. Kemudian pemanasan campuran dilakukan agar kristal kolesterol melarut. Pelarutan ini disebabkan kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak yaitu alkohol panas, karena itulah ketika etanol sudah panas maka kristal dapat larut. Hal ini dikarenakan perubahan sifat kepolaran dari etanol, dimana dalam kondisi dingin etanol bersifat polar sedangkan dalam kondisi panas etanol bersifat polar atau dapat dikatakan etanol bersifat agak semipolar. Dalam kondisi dingin (suhu kamar) etanol berikatan hidrogen dengan air dan antar molekulnya sehingga etanol bersifat polar. Tetapi karena adanya pemanasan, menyebabkan terputusnya ikatan hidrogen tersebut dan akibatnya etanol bersifat nonpolar. Sifat etanol inilah yang dapat melarutkan kristal kolesterol yang bersifat nonpolar. Selain itu, adanya penambahan suhu dapat meningkatkan energi kinetik dari partikel sehingga akan mempercepat gerak molekul dan kemungkinan terjadinya tumbukan efektif akan semakin besar yang berakibat pada pelarutan kristal kolesterol dalam etanol panas.
Tahap selanjutnya yaitu pendinginan kolesterol agar kristal kolesterol yang baru segera terbentuk. Kristal yang terbentuk kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop elektron.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bentuk dari kristal kolesterol adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Bentuk Kristal Kolesterol

Terbentuknya kristal kolesterol karena kolesterol terdapat dalam konsetrasi tinggi, sehingga kolesterol tersebut akan mengkristal. Kristal kolesterol mempunyai sifat-sifat yaitu tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan mempunyai titik didih 150 – 151oC.

VI.        KESIMPULAN

1.    Reaksi yang terjadi pada uji Liebermann_Burchard adalah reaksi oksidasi, dimana pereaksi LB mengoksidasi kolesterol sehingga menghasilkan senyawa-senyawa berwarna.
2.    Adanya kolesterol dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan reaksi Salkowski yaitu reaksi antara kloroform dengan H2SO4 pekat. Adanya kolesterol ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi merah, hijau, dan biru.
3.    Dari percobaan dapat diketahui bahwa sampel yang mengandung kolesterol adalah kuning telur ayam, putih telur ayam dan kuning telur itik. Sedangkan uji negatif pada sampel putih telur itik.
4.    Kolesterol dengan konsentrasi yang tinggi akan membentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dengan titik lebur 150-151oC dan dengan bentuk seperti pada gambar berikut :




VII.     DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi Wahyuningsih. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud, Jakarta.
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996. Kimia Organik II. Depdikbud, Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta
Syahmani dan Sudarsih. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. FKIP Unlam, Banjarmasin.



LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Kolesterol memiliki sebuah gugus alkohol. Satu dapat juga mendehidrasi kolesterol (menghilangkan satu molekul air melalui pemanasan). Tunjukkan struktur yang dapat Anda perkirakan dari dehidrasi kolesterol itu.

Kolesterol yang terhidrasi memiliki struktur sebagai berikut :


 

2.  Dapatkah senyawa dari struktur pada pertanyaan nomor 1 memberikan hasil positif pada uji Lieberman-Burchard?
JAWAB:
Tidak dapat, karena uji Lieberman-Burchard memberikan hasil yang positif jika ditandai dengan munculnya warna biru. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (-OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Jadi, pada kolesterol yang telah terhidrasi maka tidak ada lagi gugus hidroksi yang akan bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan tidak terbentuk warna hijau sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut memberikan hasil negatif.

3.      Kolesterol dalam jaringan kadang ter-esterifikasi oleh asam-asam lemak.
a.       Gambarlah struktur dari kolesteril oleat.
Struktur Kolesteril Oleat
 


 

b.      Akankah ester ini memberikan hasil yang positif pada uji Lieberman-Burchard?
      JAWAB:
Tidak dapat, karena uji Lieberman-Burchard memberikan hasil yang positif jika ditandai dengan munculnya warna biru. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (-OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Sama halnya dengan kolesterol yang terhidrasi maka pada kolesterol dalam jaringan yang ter-esterifikasi oleh asam-asam lemak juga tidak ada lagi gugus hidroksi yang akan bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan tidak terbentuk warna hijau sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut memberikan hasil negatif.

 
 
♥ Rachmawaty ♥ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template