Jumat, 28 Desember 2012

WOLFRAM



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Lampu pijar pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Alfa Edison pada akhir abad ke-18, dimana cahaya yang dihasilkan oleh lampu pijar merupakan efek hasil pemanasan pada kawat filament oleh arus listrik.
Pengembangan lampu pijar sudah dimulai pada awal abad XIX. Sejarah lampu pijar dapat dikatakan telah dimulai dengan ditemukannya tumpukan volta oleh Alessandro Volta. Pada tahun 1802, Sir Humphry Davy menunjukkan bahwa arus listrik dapat memanaskan seuntai logam tipis hingga menyala putih. Lalu  pada tahun 1820, Warren De la Rue merancang sebuah lampu dengan cara menempatkan  sebuah kumparan logam mulia platina  di  dalam  sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya. Hanya saja harga logam platina yang sangat tinggi menghalangi pendayagunaan penemuan ini lebih lanjut.
Pada tahun1870-an, Thomas Alva Edison mulai ikut serta dalam usaha merancang lampu pijar. Dengan menggunakan elemen platina, Edison mendapatkan paten pertamanya pada bulan April 1879. Rancangan ini relative tidak praktis namun Edison tetap berusaha mencari elemen lain yang dapat dipanaskan secara ekonomis dan efisien. Di tahun yang sama, Sir Joseph Wilson Swan juga menciptakan lampu pijar yang dapat bertahan selama 13,5 jam. Sebagian besar filament lampu pijar yang diciptakan pada saat itu putus dalam waktu yang sangat singkat sehingga tidak berarti secara komersial. Untuk menyelesaikan masalah ini, Edison kembali mencoba menggunakan untaian karbon yang ditempatkan dalam bola lampu hampa udara hingga pada tanggal 19 Oktober 1879 dia berhasil menyalakan lampu yang mampu bertahan selama 40 jam.
Pada awalnya lampu pijar menggunakan filament karbon, tetapi filament karbon mudah putus pada suhu tinggi, sehingga pada perkembangan selanjutnya digunakan filament tungsten karena memiliki temperature lebur yang lebih tinggi, mempunyai laju pendinginan yang rendah pada temperature tinggi, dan memiliki kerugian panas yang rendah. Selain itu filament tungsten mudah dibentuk menjadi single helix untuk lampu dengan daya kecil dan double helix untuk gaya yang lebih besar.
Untuk dapat berpijar kawat filament harus bebas dari udara luar. Bila terkena udara luar dapat berakibat filament terbakar atau putus, karena itu kawat filament dilindungi bola lampu dimana pada bagian dalamnya divakum.
Lampu-lampu terdahulu terbuat dari filament karbon yang terbungkus di dalam sebuah penutup gelas hampa udara. Sekarang ini filament-filamen terbuat dari kawat wolfram karena titik leburnya sangat tinggi yaitu 3655 K ( Neidle, 1991:259 ).
BAB II
ISI

2.1 Definisi Unsur Wolfram dan Lampu Pijar
Wolfram adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang W dan nomor atom 74. Nama unsur ini diambil dari bahasa Latin wolframium dan sering juga disebut tungsten. Logam transisi yang sangat keras dan berwarna kelabu sampai putih ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit. Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan zat non-aloy lainnya. Sifat-sifat wolfram adalah keras, titik cair tinggi 3400°C dan titik didih 5900°C, dapat digilas menjadi lembaran dan bila dipadu dalam baja perkakas, akan memperbaiki ketahanan ausnya dan sifat tahan hangatnya.
Wolfram merupakan salah satu logam langka yang terdapat dalam batuan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Wolfram juga merupakan salah satu unsur langka yang mungkin ada dalam mineral hasil tambang Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, tapi belum dapat perhatian dari para peneliti. Padahal diperkirakan unsur ini hampir selalu ada menyertai unsur-unsur utama khususnya besi. Bentuk murni Wolfram digunakan terutama pada perangkat  elektronik. Senyawa dan aloy-nya digunakan secara luas untuk banyak hal, yang paling dikenal adalah sebagai filamen bola lampu, tabung sinar-x, dan superaloy. Kegunaan wolfram diantaranya adalah sebagai kawat filament pada bola lampu pijar dan bahan baku industry alloy.
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
2.2       Komponen-Komponen Lampu Pijar
Lampu DC adalah lampu pijar yang menghasilkan cahaya dengan cara memanaskan kawat logam filamen sampai ke suhu tinggi sehingga menghasilkan sinar. Filamen panas dilindung dari udara oleh bola kaca yang diisi dengan gas lembam atau divakumkan.
Lampu pijar dibuat dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan (voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan dioda cahaya, maka secara bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.
Di samping memanfaatkan cahaya yang dihasilkan, beberapa penggunaan lampu pijar lebih memanfaatkan panas yang dihasilkan, contohnya adalah pemanas kandang ayam, dan pemanas inframerah dalam proses pemanasan di bidang industri.
Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari kaca, filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.
Description: Incandescent light bulb.svg
Gambar 1
1.     Bola lampu
2.     Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
3.     Filamen wolfram
4.     Kawat penghubung ke kaki tengah
5.     Kawat penghubung ke ulir
6.     Kawat penyangga
7.     Kaca penyangga
8.     Kontak listrik di ulir
9.     Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

Bola lampu
Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk lustre. Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau buram, dan warna merah, hijau, biru, atau kuning.
Gas pengisi
Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu halogen juga menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa perbedaannya terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu.
Kaki lampu
Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14.
Operasi
Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah sebuah resistor. Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin. Ini menyebabkan warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang kasatmata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam.
Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna benda yang disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna lampu pijar mendekati 100.
Lampu putus
Karena temperatur kerja filamen lampu pijar yang sangat tinggi, lambat laun akan terjadi penguapan pada filamen. Variasi pada resistansi sepanjang filamen akan menciptakan titik-titik panas pada posisi dengan nilai resistansi tertinggi. Pada titik-titik panas tersebut filamen wolfram akan menguap lebih cepat yang mengakibatkan ketebalan filamen akan semakin tidak merata dan nilai resistansi akan meningkat secara lokal; ini akan menyebabkan filamen pada titik tersebut meleleh atau menjadi lemah lalu putus. Variasi diameter sebesar 1% akan menyebabkan penurunan umur lampu pijar hingga 25%. Selain menyebabkan putusnya lampu, penguapan filamen wolfram juga menyebabkan penghitaman lampu. Elemen wolfram yang menguap pada lampu pijar akan mengendap pada dinding kaca bola lampu dan membentuk efek hitam. Lampu halogen menghambat proses ini dengan proses siklus halogen.
Efisiensi
Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan efikasi luminus, adalah nilai yang menunjukkan besar efisiensi pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam satuan lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata. Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar 100W biasanya adalah 1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5 lumen per Watt. Sementara itu pada tegangan 230 volt seperti yang digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380 lumen atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya putih "ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk cahaya pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia sangatlah peka. Efisiensi yang sangat rendah ini disebabkan karena pada temperatur kerja, Filamen wolfram meradiasikan sejumlah besar radiasi inframerah.
Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa jenis lampu pijar biasa bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.
Jenis
Efisiensi lampu
lumen/Watt
Lampu pijar 40 Watt
1.9%
12.6
Lampu pijar 60 Watt
2.1%
14.5
Lampu pijar 100 Watt
2.6%
17.5
Radiator benda hitam 4000 K ideal
7.0%
47.5
Radiator benda hitam 7000 K ideal
14%
95
Sumber cahaya monokromatis 555 nm (hijau) ideal
100%
683
Karena efisiensi lampu pijar yang sangat rendah, beberapa pemerintah negara mulai membatasi peredaran lampu pijar. Contoh negara-negara yang mulai membatasinya adalah Australia, Amerika Serikat, Brasil, Inggris Raya, Irlandia, Kanada, Kuba, Selandia Baru, Swiss, Uni Eropa dan Venezuela.

2.3       Proses Produksi Lampu Pijar
Proses produksi lampu pijar terdiri dari 5 proses permesinan, yaitu proses permesinan, sebagai berikut :

1.      Proses Flare
Proses produksi lampu pijar dimulai dari mesin Flare yang terdiri dari 12 head. Pertama-tama flare batangan (tube) dimasukkan ke dalam head mesin flare, dengan kecepatan putaran head sekitar 1550 rpm. Batangan flare turun sesuai panjang yang diinginkan, kemudian ujung paling bawah dipanasi sebanyak empat tahap (sekitar 700 celcius). Pada pemanasan ditambahkan serbuk belerang untuk menurunkan titik lebur coating dan mempermudah pembentukan ramer. Flare yang ujungnya telah dipanaskan yang dilewatkan pada alat yang berputar sehingga ujungnya melebar membentuk ramer (bibir flare). Kemudian dilakukan pendinginan dengan blower sebanyak dua kali. Setelah itu dilakukan proses penggoresan memakai cutter dan dilanjutkan pemotongan dengan menggunakan panas air. Api potong menggunakan gas H2 dan O2. Setelah pemotongan, flare yang sudah jadi turun ke dalam cawan annealing (sekitar 400 celcius) untuk mengembalikan tekstur, menghaluskan permukaan potongan, menyamakan suhu pada seluruh bagian flare dan menghilangkan tegangan permukaan. Hasil dari proses ini disebut dengan flare.

2.      Proses stem
Proses stem merupakan proses penggabungan antara flare, exhaust tube dan lead-in wire. Proses ini di awali dengan masuknya flare pada chuck head, kemudian diberi 2 buah lead-in wire yang diletakkan di dalam flare, dan selanjutnya ditengah-tengah flare diberi exhaust tube yang sebelumnya dipotong-potong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Proses selanjutnya adalah proses pengapian 10 head pengapian (sekitar 900 celcius). Exhaust tube bagian atas di bakar untuk menghaluskan permukaan potong. Pada puncak pemanasan terdapat stem proses yang berfungsi untuk mengapit lead-in wire dan menggabungkan flare dan exhaust tube. Selanjutnya di lakukan proses peniupan proses dari atas yang berfungsi untuk membuat lubang dari exhaust tube (blow hale) dan setelah itu dilakukan proses pendinginan yang berfungsi untuk mengembalikan kekerasan setelah pelumeran. Akhir dari proses stem ini adalah proses anneating yang menggunakan  over (200 celcius) dengan tujuan menyamakan suhu dan membuat bahan bersifat lebih homogen dan kuat sebab jika mendinginkan langsung dapat menimbulkan retak atau stem pada suhu.

3.      Proses Mounting
Proses ini diawali dengan memasukkan steam ke dalam head berupa konveyor yang menuju ke head mounting. Proses selanjutnya adalah pelurusan  lead-in wire ke samping dan penekukan ujung lead-in wire sebagai tempat penjepit filament. Setelah filament dipasangkan pada kaitan tersebut dan kemudian kaitan tersebut ditutup. Proses pengapian dilakukan untuk membentuk ujung exhaust rube menjadi pipih. Ketika ujung exhaust tube masih dalam keadaan lunak ditancaapkan 4 buah molybdenum wire sebagai penyangga filament kemudian filament dikaitkan pada keempat penyangga tersebut. Akhir dari proses mounting ini adalah proses perapatan lead-in wire seperti posisi semula. Kemudian produk yang ada, diberi getter yang berfungsi mengikat gas-gas lain dalam lampu dan membuat bola lampu menjadi vacuum sehingga tidak ada gas-gas lain di dalam lampu seperti O2 dan lain-lain. Proses getter dilakukan dengan mencelupkan hasil mounting pada larutan getter selama beberapa detik dan setelah itu hasil mounting diletakkan dalam konveyor hasil akhir sambil menunggu keringnya getter sehingga melekat pada lampu. Getter yang digunakan adalah Phospor Red dan Barium Acid. Phospor Red digunakan pada lampu dengan cara percelupan oleh filament pada saat di proses di mesin automounting yang berfungsi membuat lampu menjadi vacuum (bekerja pada saat penyalaan awal atau flashing), sedangkan Barium Acid bekerja memvacuumkan lampu yang dioleskan  di exhaust tube setelah produk melewati mesin  automounting. Barium Acid ini bekerja seiring dengan umur lampu. Pada lampu yang baik atau siap pakai maka getter ini berwarna hitam dan jika ada kebocoran ada berwarna putih.

4.    Proses Sealex (Sealing dan Exhausting)
Hasil dari mounting dimasukkan kedalam mesin sealex, yaitu gabungan antara mesin sealing dan mesin exhausting. Proses sealing merupakan proses penggabungan hasil mounting dengan glass bulb. Proses ini di awali dengan pemasukkan hasil mounting pada head mesin sealing, kemudian dipasang glass bulb. Proses ini diawali dengan pemasukkan hasil mounting pada head mesin sealing, kemudian dipasang glass bulb diluarnya. Sebelumnya bagian atas glass bulb diberi cap merk dan kemudian dipanaskan (100° celcius) supaya cap dapat tahan lama (tidak cepat hilang). Dilakukan pemanasan untuk menggabungkan hasil mounting dengan glass bulb. Bagian bawah glass bulb dipotong dengan cara dipanaskan dengan api, kemudian sisa potongannya ditiup keluar dari head. Kemudian hasil sealing masuk ke mesin exhausting. Pada bagian exhausting ini, dilakukan proses pemvakumkan dengan cara menghisap udara yang berada dalam bulb melalui bagian tengah exhaust tube yang berlubang. Untuk mencegah masuknya kembali udara ke bulb pada saat mesin  berotasi maka pada saat tidak terjadi proses pemvakuman terdapat bagian yang berisi minyak dengan kekentalan  sampai dengan 1000 Kg/m.s.tekanan yang terjadi sekitar 600-675 mmllg. Setelah itu sisa exhaust tube dipotong dengan menggunakan tiga api potong (sekitar 300° sampai 400° celcius) sambil melakukan penutupan exhaust tubu. Akhir dari proses exhausting ini adalah proses tipping yaitu menutup lubang-lubang yang ada supaya tidak terkontaminasi dengan udara luar.

5.      Proses Basing
Proses basing ini adalah proses penggabungan base yang dinding dalamnya telah diberi cement dengan bulb lampu setengah jadi pemberian cement pada base dilakukan secara terpisah pada cement filler. Bulb setengah jadi dibawa dengan konveyor ke mesin basing. Pada saat inilah base dipasangkan pada bulb setengah jadi. Kedua ujung bawah lead-in wire dimasukkan  ke dalam base, yang satu kebagian bawah base yang satu kebagian samping base dengan catatan keduanya tidak boleh bersilangan. Setelah itu dilakukan pengetesen awal untuk menghilangkan sisa udara dalam bulb dengan menggunakan obat filament yaitu Phaspor Red. Kemudian dilakukan pemanasan sekitar 200 celcius untuk melekatkan cement pada base dengan bulb, diikuti dengan proses pemotongan sisa lead-I wire dan disolder dengan base. Setelah produk jadi keluar dari mesin basing, dilakukan lagi pengecekkan ulang tehadap hasil solderan dan hasil pemotongan lead in-wire.

Description: lampu pijar.bmp
Skema proses pembuatan lampu pijar

2.4       Rangkaian Pengatur Lampu Pijar
Lampu pijar (bohlam) merupakan sumber cahaya buatan yang dihasilkan lewat penyaluran arus listrik melalui filamen yang selanjutnya memanas dan menghasilkan sinar. Kaca yang menyelubungi filamen tembaga panas tersebut membatasi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tak akan langsung rusak disebabkan teroksidasi.
Lampu pijar dibuat dalam beraneka ragam berdasarkan ukuran,  keluaran cahaya, dan tegangan, dimulai dari tegangan 1,5 volt sampai kira-kira 300 volt. Lampu pijar tidak membutuhkan peralatan regulator eksternal dan memerlukan biaya produksi yang rendah juga bekerja dengan baik pada arus bolak balik ac ( listrik rumahan ) ataupun tegangan searah dc. Akhirnya, lampu pijar banyak dipakai buat pencahayaan didalam rumah dan komersial, buat penerangan yang bisa dipindahkan misalnya lampu meja belajar, lampu mobil, lampu senter, dan buat penerangan dekoratif dan papan iklan.
Panas yang dihasilkan filamen dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalkan inkubator, ruangan panas untuk ungggas, lampu panas buat tangki reptil, pemanasan sinar inframerah buat industri dan proses pengeringan. Pada cuaca yang dingin, panas yang dihasilkan oleh lampu pijar adalah merupakan keuntungan dikarenakan berkontribusi pada pemanasan ruangan, namun pada cuaca panas bisa menambah energi yang diperlukan oleh sistem pendingin udara.
Kadang-kadang pada waktu kita tidur, ingin sekali rasanya situasi kamar tenang dengan sinar lampu yang temaram, sehingga tidurpun akan terasa nyaman dan nyenyak.
Gambar di bawah ini merupakan rangkaian pengatur lampu pijar :
Description: Rangkaian Pengatur Lampu Pijar
Gambar 2
Lampu bisa diterangkan atau diredupkan dengan memutar vr pada rangkaian.

2.5       Cara Kerja Lampu Pijar
Saat bola lampu pijar di hidupkan, arus listrik akan mengalir dari Electrical contact menuju filamen dengan melewati kawat penghubung. Akibatnya akan terjadi pergerakan elektron bebas dari kutub negatif ke kutub positif.
Elektron di sepanjang filamen ini secara konstan akan menabrak atom pada filamen. Energinya akan mengetarkan atom atau arus listrik memanaskan atom.
Ikatan elektron dalam atom-atom yang bergetar ini akan mendorong atom pada tingkatan tertinggi secara berkala. Saat energinya kembali ketingkat normal, elektron akan melepaskan energi ekstra dalam bentuk foton. Atom-atom yang dilepaskan ini dalam bentuk poton-poton sinar infrared yang tidak mungkin dilihat oleh mata manusia. Tetapi bila dipanaskan sampai temperatur 2.200 derajat Celcius, cahaya yang dipancarkan dapat kita lihat seperti halnya bola lampu pijar yang sering kita pakai sehari-hari.
ü  Mengapa nyala bohlam (bola lampu) listrik berbeda-beda?
Listrik menjadi temuan manusia yang sangat bermanfaat. Manfaat listrik tersebut salah satunya terdapat pada alat yang bernama bola lampu listrik. Benda ini dinamakan bola karena bentuknya hampir bulat seperti bola. Dinamakan lampu listrik karena dapat menyala dengan sebab adanya aliran listrik. Istilah yang lebih dikenal untuk bola lampu listrik ini yaitu bohlam. Bohlam termasuk lampu listrik yang dimasukkan dalam kelompok lampu pijar. Kenapa dikelompokkan kedalam lampu pijar? Alasannya karena Bohlam dapat berpijar jika terkena aliran listrik. Berpijarnya bohlam inilah yang akan membuatnya mampu menerangi lingkungan sekitarnya. Lalu kenapa nyala bohlam berbeda-beda ?
Description: incandesence.jpg
Perhatikan lampu pijar listrik diatas. Lampu ini mempunyai ciri khas berupa "tali" yang berada didalam bola kaca. Tali itu begitu tipis namun cukup kuat. Nah, tali ini biasa disebut kawat filamen atau wolfram. Wolfram sendiri merupakan salah satu unsur kimia yang mempunyai nama lain yaitu Tungsten. Tali wolfram ini mempunyai keunikan yang berupa sifatnya yang bisa berpijar dan menyala tanpa terbakar ketika arus listrik dialirkan kepadanya. Sifat memijar tanpa terbakar ini disebabkan karena wolfram mempunyai titik lebur yang sangat tinggi. Lalu, apa hubungan kawat wolfram dengan pertanyaan kenapa nyala bohlam berbeda-beda ?

Hubungannya sebagai berikut:
Kawat wolfram yang dipasang pada bohlam mempunyai ciri yang berbeda-beda. Ciri ini salah satunya dari segi ukuran wolfram. Ketika wolfram yang dipasang berukuran sangat tipis, nyala bohlam yang dihasilkan tidak sebesar kawat wolfram yang tebal. Ukuran wolfram ini juga akan mempengaruhi kemampuannya mengalirkan arus listrik. Ketika sebuah wolfram tidak mampu lagi mengalirkan arus listrik, kawat ini akan putus dan tidak dapat berpijar dan menerangi lingkungan disekitarnya. Berdasarkan pengertian ini, jawaban dari pertanyaan kenapa nyala bohlam berbeda-beda yaitu karena bohlam mempunyai kawat wolfram yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda-beda dalam berpijar ketika dialiri arus listrik.

2.6       Dampak Penggunaan Lampu Pijar
Bisa kita lihat dari perkembangan teknologi lampu yang sangat mempengaruhi dunia yang luas ini, antara lain :
1.      Penerangan menjadi mudah dan efisien karena dengan lampu dan arus listrik, manusia tidak merasa repot menyalakan api.
2.      Untuk penerangan di jalan raya dan di tempat sepi.
3.      Para pekerja malam akan sangat membutuhkan lampu untuk menerangi ketika bekerja.
4.      Ada banyak perusahaan lampu di dunia ini, sehingga itu juga merupakan lapangan kerja yang bisa menghidupi keluarga.
5.      Sebagai keindahan kota jika telihat pada malam hari.
6.      Termasuk menghemat uang, karena bisa dikatakan lebih murah daripada menggunakan lampu petromax.

Namun tanpa di sadari juga ada dampak negatif dari adanya penemuan teknologi lampu, antara lain :
1.      Tanpa kita sadari, kita merugikan para pedagang minyak tanah yang sebelumnya sebagai bahan bakar penerangan.
2.      Bisa mengakibatkan kebakaran dari arus listrik pada lampu pijar.




BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan


3.2              Saran
Berikut ini adalah cara menghemat listrik pada lampu pijar :
1.      Pilih Lampu yang daya wattnya kecil tapi cahaya lampunya terang
2.      Padamkan lampu apabila ruangan tidak dipakai.
3.      Padamkan lampu pada siang hari.
4.      Kurangi penerangan listrik yang berlebihan.
5.      Atur letak perabot agar tidak menghalangi cahaya lampu dalam ruangan.
6.      Menyalakan lampu halaman/taman bila hari benar-benar telah mulai gelap. 
7.      Matikan lampu halaman/taman bila hari sudah mulai terang kembali.

Saran dalam penggunaan lampu pijar :
1.      Kita harus pintar-pintar memilih lampu yang akan kita gunakan.
2.      Jangan memilih lampu yang beresiko tinggi.
3.      Gunakan lampu seperlunya saja.
4.      Atur letak lampu sedemikian rupa sehingga letak lampu strategis hal ini dilakukan agar nyala lampu dapat maksimal.
5.      Gunakan lampu yang wattnya kecil dan menghasilkan cahaya yang lebih terang.




DAFTAR PUSTAKA

Usni. 2008. Penentuan spektrofotometri dengan pengomplek tiosianat dan unsure pertama secara SSA dalam batuan bukit batu kabupaten tanah datar. Padang : Universitas Andalas Padang.

 
♥ Rachmawaty ♥ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template