Senin, 08 Agustus 2011

♥ Jodoh Tak Hanya Ditunggu ♥



 Siapa yang tak ingin cepat dapat jodoh? Tampaknya kok pengen semua. Tapi realitanya, banyak juga pemuda atau pemudi yang telat nikah. Apa usaha yang perlu dilakukan agar jodoh segera datang?
Jodoh memang takdir Allah Subhanahu wa Ta’aala  sebagaimana rezeki manusia. Meski telah ditakdirkan oleh Allah, bukan berarti kita hanya pantas duduk termenung tanpa usaha. Merindukan bulan jatuh atau durian runtuh. Setiap manusia tetap dituntut untuk berusaha dan melakukan sebab-sebab untuk memudahkan perjodohan. Nah, apa saja ya?

Berdoa
 Mulailah segala usaha ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala. Karena Allah Subhanahu wa Ta’aala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِي فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaknya mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)
Di samping itu, memohon pasangan hidup dan keturunan yang baik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para hamba Allah yang shalih,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Furqan : 74)
Sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh Nabi Zakariyya,
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لاَ تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
Dan (ingatlah kisah) Zakariya, tatkala ia menyeru Rabbnya, ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (QS. Al-Ahzab : 89)
Segala sesuatu yang sulit akan menjadi mudah karena pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’aala. Termasuk juga masalah jodoh. Maka mintalah kepadanya dengan penuh keikhlasan dan memenuhi syarat-syarat dikabulkannya doa. Mohonlah kepada Alloh pendamping yang shalih shalihah, menentramkan hati dan selalu mengajak taqwa.

Menawarkan diri
Sebenarnya dalam masalah pernikahan seorang wanita, orang tua (wali) lah yang bertanggungjawab. Dia lah yang semestinya bertindak dan mengusahakan jodoh bagi anak perempuannya. Ada sebuah hadits yang berkenaan dengan persoalan ini, yaitu berkaitan dengan ummul mukminin Hafshah bintu Umar bin al Khattab. Setelah suami Hafshah meninggal maka kemudian Umar menawarkan anak putrinya tersebut kepada Utsman bin Affan. Utsman pun mempertimbangkan selama satu malam dan akhirya dia menolak tawaran Umar tersebut. Selanjutnya Umar menawarkan kepada Abu Bakar, dan dia hanya diam tidak menerima atau menolak. Umar sampai kecewa dengan sikap Abu Bakar tersebut, namun keesokan harinya, Rasululloh datang melamar Hafshah.
Dari kisah ini bisa diketahui bahwa orang tualah yang proaktif dalam mengusahakan jodoh bagi anak wanitanya. Meskipun demikian, mereka tidak diperbolehkan memaksa anak wanitanya untuk menikah dengan orang yang tidak disukainya.
Sebagaimana yang terjadi pada seorang shahabat wanita yang bernama Khansa bintu Khidam. Dia mengatakan, sesungguhnya ayahku telah menikahkanku dengan keponakannya, sedangkan aku tidak menyukainya. Lalu aku melaporkan hal itu kepada Rasullulloh dan beliau bersabda, “ Terimalah apa yang dilakukan oleh ayahmu.” maka aku berkata, tetapi aku sama sekali tidak menyukai apa yang diperbuat oleh ayahku. Lalu Rasululloh bersabda, “Pulanglah, dan ia tidak berhak menikahkan, menikahlah dengan laki-laki yang kau kehendaki.” kemudian aku berkata, akhirnya aku menerima apa yang diperbuat ayahku, tetapi aku ingin supaya semua mengetahui bahwa tidak ada hak bagi orang tua untuk memaksakan pernikahan putrinya.
Tampaknya orang tua zaman sekarang banyak menyerahkan masalah mencari jodoh secara bulat-bulat kepada anaknya. Terakhir setelah anaknya dapat calon barulah orang tua yang menjadi pengambil keputusan, apakah calon tersebut diterima atau tidak.
Dengan kondisi semacam ini, memang akhirnya wanita tertuntut untuk proaktif. Bukan berarti mengobral diri, mengungkap cinta atau berpacaran namun berusaha mengetahui manakah pria yang shalih, yang baik akhlaknya maupun agamanya. Setelah menemukan ia bisa meminta kepada wali (orang tua) atau yang lain untuk menanyakan laki-laki tersebut. Tampaknya agak aneh, namun hal ini tidak tercela.
Berbeda dengan wanita, kaum laki-laki lebih leluasa dalam mengusahakan jodohnya. Ketika ia tertarik dengan seorang wanita maka ia bisa memulai untuk proses pernikahan. Ia bisa secara langsung atau tidak langsung melamar orang yang disukainya.

Memperluas pergaulan
Memperluas pergaulan yang dimaksud tentunya pergaulan yang baik. Wanita berteman dengan para wanita muslimah yang shaliha. Pria berteman dengan para lelaki yang shalih. Apakah teman-teman yang masih sama-sama lajang, maupun yang telah berkeluarga. Pergaulan dengan teman-teman shalih ini seringkali menjadi sarana perjodohan yang aman, disamping gratis. Percomblangan atau biro jodoh tak resmi, mungkin demikian istilahnya. Percomblangan seperti ini tampaknya relatif lebih aman dibandingkan biro jodoh resmi yang sementara ini ada. Wallahu a’lam,
jika ada biro jodoh islami yang lebih syar’i dan menjamin keamanan bagi klien. Namun, yang harus dihindari adalah berusaha mencari jodoh lewat biro-biro jodoh yang difasilitasi oleh orang-orang yang tak kenal dengan syari’at Islam, terlebih orang-orang non-muslim. Kembali ke masalah awal, memperluas pergaulan merupakan salah satu sarana mempermudah kedatangan pasangan hidup yang dinantikan. Siapa orang yang tak ingin saudara atau temannya mendapatkan kesenangan. Karenanya, sering kali terjadi teman-teman dekat kita berinisiatif untuk mencarikan jodoh walaupun kita tak memintanya. Tentu hal ini keuntungan besar bagi kita.

Menurunkan idealisme
Idealis, boleh-boleh saja. Ingin suami atau istri yang serba sempurna, baik dalam penampilan fisik maupun non fisik. Tak salah memang. Namun, meski begitu hendaknya setiap orang mengukur modal dirinya dan tak menutup mata dari realita. Artinya, jika kita sendiri tak sebaik Fatimah radhiyallohu ‘anhu maka ukurlah diri dari mendamba suami seperti Ali bin Abi Thalib. Yang terpenting, harapkanlah jodoh yang sebagaimana yang dituntunkan oleh syari’at Islam. Seorang wanita hendaknya mencari jodoh yang baik akhlak dan agamanya. Sedangkan laki-laki pilihlah wanita yang shalihah, subur dan penyayang. Kita akan lebih bersyukur kepada Alloh jika kita mendapatkan poin lebih dari itu semua.

Menyiapkan diri lebih awal
Banyak pemuda yang sudah siap untuk nikah namun terhalang karena belum mampu untuk mencari penghasilan. “Masih minta ortu kang.” Hal ini memang tantangan yang kudu dipatahkan. Tak bisa dipungkiri bahwa seorang laki-laki dituntut untuk memberikan nafkah kepada istrinya. Dari sini, hendaknya para pemuda berusaha bersiap sedini mungkin untuk mendapatkan penghasilan sendiri. Berusahalah untuk melepaskan dari tergantung pada orang tua lebih awal. Entah dengan melakukan usaha bersama teman-teman atau berusaha sendiri secara kecil-kecilan. Namun demikian, kita tak perlu terlalu berlebihan dalam masalah materi ini sehingga mengakibatkan, tertundanya pernikahan. Sebagian orang kadang berusaha untuk siap secara materi terlebih dahulu sebelum pernikahan namun yang terjadi malah mengundur-undur pernikahan.
Tak usah demikian, persiapkanlah materi secara wajar tak usah berlebih-lebihan.
Tak hanya masalah finansial saja yang perlu dipersiapkan lebih awal. Persiapan mental juga tak kalah penting dari masalah finansial. Sikap kekanak-kanakan, kolokan, manja, malas dan berbagai akhlak buruk lain mestinya mulai disingkirkan dari awal. Berbagai persoalan rumah tangga yang pelik tak bisa dituntaskan dengan sikap keakanakan, kolokan, manja apalagi kemalasan. Terlebih seorang suami yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Seorang suami adalah pemimpin di rumahnya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepimpinannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Tak mungkin sebuah rumah tangga akan tegak tanpa meninggalkan berbagai sifat buruk tersebut. Karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan sebuah doa, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kelemahan, malas, pengecut, pikun dan kebakhilan.” (Muttafaq ‘alaih)

Studi, karier dengan pernikahan
Tak usah dibenturkan antara studi dan karier dengan pernikahan, karena memang keduanya tidak berbenturan. Sebaliknya, pernikahan bahkan terbukti mencetak pribadi yang utuh dan matang. Artinya, kita akan lebih merasa bertanggung jawab dalam segala urusan setelah kita menikah. Bila demikian, orang yang menikah akan lebih tenang dan konsentrasi dalam menjalankan studi dan meniti karirnya daripada orang yang belum menikah. Tak layak seseorang menunda pernikahan dengan alasan studi atau karirnya,demikian dikatakan oleh para ulama. Bila telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk menikah maka janganlah menundanya.

Banyak berbuat ketaatan dan menjauhi maksiat
Dengan bertaqwa seseorang akan mendapatkan kemudahan dalam segala persoalan.
Sebagaimana firman AllahTa’aala,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“…Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS Ath-Thalaq : 2)
Allah Subhanahu wa Ta’aala juga berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“…Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Alloh menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS Ath-Thalaq : 4)
Masalah jodoh salah satunya. Teruslah berbuat kataatan kepada Allah dan meninggalkan maksiat karenaNya semata, niscaya Allah akan memudahkan segala urusan kita. Di antara kemaksiatan yang mesti ditinggalkan adalah aktivitas pacaran yang merupakan sarana menuju dosa besar yaitu perzinaan. Sabarkan diri untuk taat kepada Allah, jangan pedulikan banyaknya orang yang berbuat kemaksiatan ini. Percayalah total kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala, karena hanya Dialah yang mampu memudahkan segala urusan. InsyaAllah jodoh yang terbaik akan Allah berikan pada kita.
Semakin tinggi tingkat kemapanan seorang laki-laki, maka peluang dia mendapatkan jodoh akan semakin mudah. Walaupun usia sudah agak tua, range usia wanita yang mudah untuk dinikahinya semakin besar. Misalkan laki-laki itu usianya 35 tahun belum punya istri, maka wanita yang dapat dinikahinya dari mulai usia 18 sampai 35. Atau bahkan lebih tua dikit.
Ini sangat berbanding terbalik dengan wanita !
Ketika semakin tinggi kemapanan seorang wanita, maka akan makin sedikit range pria yang akan menikahinya. Alasannya adalah bahwa di negara kita ini, para pria akan keder atau minder untuk menikahinya. Sementara jumlah lelaki yang bisa menikahinya cenderung yang posisi dan kemapanannya lebih tinggi dari perempuan ini.
Ini sekaligus jawaban secara umum mengapa wanita karir banyak yang sampai usia tua belum menikah
ini sekaligus jawaban secara umum mengapa wanita karir banyak yang sampai usia tua belum menikah
Contohnya ada seorang wanita yang mimilki jabatan tinggi dalam perusahaan, maka yang pede untuk mendekatinya hanya yang poisis dan jabatannya lebih tinggi.
Perempuan yang memiliki posisi tinggi juga biasanya cenderung untuk mencari suami yang posisinya lebih tinggi darinya. Jarang yang akan mau didekati oleh lelaki yang berada di bawahnya.
Masalah yang timbul adalah bagi wanita adalah jika usianya sudah tidak muda. Harapan untuk mendapatkan suami yang posisinya lebih tinggi sangan sedikit karena yang berada di atas kemapanannya juga makin sedikit.
Sementara walaupun ada wanita dengan posisi tinggi, seorang laki-laki yang juga memiliki posisi tinggi cenderung akan memilih wanita yang usianya lebih muda.

> Taken from :: Berbagai Sumber
 
♥ Rachmawaty ♥ Blogger Template by Ipietoon Blogger Template